15 februari 2010 00:07
Perlawanan Seorang Sastrawan
                                          | Judul Buku 
 | : 
 | Melayu  di Mata Soeman HS. | 
  | Penulis 
 | : 
 | Eko  Sugiarto | 
| Penerbit 
 | : 
 | BKPBM dan Adicita, Yogyakarta | 
| Cetakan 
 | : 
 | I,  2007 | 
| Tebal 
 | : 
 | viii +  113 halaman | 
 
     
    Ketika  keadilan tak lagi dirasakan masyarakat, perlawanan adalah jalan satu-satunya. Namun,  bagaimana menghindari perlawanan itu dari pertumpahan darah, hanya para  sastrawanlah yang tahu jalannya. Perlawanan terhadap budaya atau adat istiadat  sering dilakukan oleh sastrawan melalui karya-karya mereka. Masih teringat di  benak kita kisah Siti Nurbaya yang diangkat menjadi sebuah novel sebagai bentuk  perlawanan adat dan budaya perjodohan. Pun Soeman HS, ia menghadirkan karya  sastra dalam bentuk novel Kasih Tak  Terlarai (1930) sebagai bentuk perlawanan terhadap adat Melayu saat itu. 
    Buku Melayu di Mata Soeman HS ini merupakan  telaah analitis terhadap novel Kasih Tak  Terlarai karya Soeman HS. Eko Sugiarto, penulis buku ini, sengaja mengulas  dan menelaah novel Soeman HS melalui teori mitos Levi-Strauss. Melalui pintu penjelasan  mitologis inilah, Eko Sugiarto mencoba membangun argumennya tentang ‘misi  perlawanan‘ yang dibawa oleh Soeman HS di dalam novelnya. 
    Membaca  buku ini, pembaca akan dibawa ke dalam pemahaman yang komprehensif tentang tata  cara menganalisis atau mengkritik sebuah karya sastra. Secara runtut, penulis  buku ini telah merangkum dan menganalisis novel Kasih Tak Terlarai ke dalam dua pijakan analisis, yaitu sintagmatik  dan paradigmatik. Berdasarkan analisis sintagmatik, episode-episode dalam  novel dikelompokkan ke dalam sepuluh episode. Hal tersebut didasarkan atas  konsep hukum transformasi dalam strukturalisme Levi-Strauss, yaitu berupa  pengulangan-pengulangan (regularities)  (hlm. 100). Analisis paradigmatik dilakukan dengan cara mencari struktur di  dalam novel tersebut, yaitu dengan membuat oposisi biner terhadap episode-episode  yang telah dibuat (hlm. 104). Berdasarkan analisis tersebut, didapatkan  pemahaman bahwa kisah di dalam novel bertujuan mendedah cara pandang masyarakat  terhadap status sosial yang menghalangi penyatuan dua insan yang dimabuk cinta.
    Dalam  novel Kasih Tak Terlarai, Soeman HS mengulas  bagaimana status sosial seseorang menjadi tembok penghalang bagi bertemunya  cinta. Melalui goresannya, Soeman HS melakukan perlawanan  terhadap adat dan cara pandang masyarakat Melayu terhadap status sosial yang  menentukan nasib dan jodoh seseorang. Strata sosial, suku, dan keturunan  menjadi topik utama yang dihadirkan dalam novel tersebut. Bagaimana mengemas  perlawanan tanpa pertumpahan darah dengan mudahnya dilakukan oleh Soeman HS. Ia  mengemas kisah novelnya secara apik nan rapi, dengan efek kejut di akhir cerita  yang menyadarkan pandangan banyak kalangan. 
    Si  Taram, demikian sang tokoh utama, hidup dalam keluarga yang terhormat. Cintanya  bertepuk sebelah tangan disebabkan adanya perbedaan status sosial. Ternyata, si  Taram hanyalah anak angkat, meski diasuh dalam keluarga terhormat. Wujud perlawanan  yang dihadirkan oleh Soeman HS dalam novel ini ialah tatkala si Taram melarikan  sang impian hati merantau ke negeri seberang setelah pinangannya ditolak.  Perlawanan kedua terjadi kala si Taram menjelma menjadi Syekh Wahab, seorang ulama  kenamaan yang mengaku berasal dari tanah Arab. Penjelmaan si Taram menjadi  Syekh Wahab merupakan bentuk perlawanan si Taram guna menyadarkan masyarakat  Melayu yang konon mengagungkan bangsa Arab dan menganggap semulia-mulia bangsa  dibandingkan dengan orang Melayu (hlm. 110). Melalui Syekh Wahab yang tak lain  adalah si Taram itu sendiri, Soeman HS bermaksud menyadarkan masyarakat Melayu  agar tak lagi meyakini suatu etnis atau bangsa tertentu sebagai yang paling  mulia. Kebangsawanan atau keturunan tidak dapat dijadikan tolak ukur dalam  memuliakan seseorang. Demikianlah, si Taram dihadirkan sebagai simbol  perlawanan.
    Buku  ini merupakan kajian kritis terhadap sebuah karya sastra. Telaahnya yang rinci  dan detail memudahkan pembaca memahami deskripsi cerita yang diangkat dari novel  Kasih Tak Terlarai tanpa harus  membaca utuh novel aslinya. Analisisnya pun cukup mempertajam penjelasan dan  pemaknaan cerita. Sistematika yang runtut dan bahasanya yang mudah dimengerti  menjadikan buku ini layak untuk dijadikan rujukan dan model bagi pembaca yang  ingin menganalisis sebuah karya sastra.
    
Oleh : Nanum Sofia (Mahasiswi  S2 Psikologi UGM)
                                                        Read : 18.434 time(s).