
Yogyakarta-MelayuOnline.com- Selama bulan suci Ramadhan ini, MelayuOnline.com (MelOn) berencana akan mengadakan dua kali dialog Ramadhan dan buka puasa bersama. Tujuannya adalah untuk menjalin komunikasi dan silaturahmi antara pimpinan MelayuOnline, penasehat, kru, dan komunitas pendukung MelOn. Kemarin petang, 24 September 2007, telah diadakan dialog Ramadhan “Islam dan Kebudayaan Melayu” dan buka puasa bersama di kantor MelayuOnline.com, Balai Kajian dan Pengembangan dan Budaya Melayu (BKPBM), Yogyakarta. Sebagai narasumber dalam acara tersebut adalah Dr. H. Heddy Shri Ahimsa-Putra, guru besar Antropologi Budaya dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Gadjah Mada (UGM), dan yang bertindak sebagai moderator adalah Mahyudin Al Mudra, S.H., M.M, Pemangku BKPBM sekaligus Pemimpin Umum MelOn. Acara ini diikuti oleh seluruh kru MelOn dan para tamu undangan dari Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau, mahasiswa Pascasarjana Antropologi UGM, Himpunan Mahasiswa Riau Sunan Kalijaga (Himariska), serta berbagai undangan lainnya.
Sebagai pengantar dalam dialog dengan tema Islam dan Kebudayaan Melayu tersebut, Heddy Shri Ahimsa-Putra mengemukakan bahwa secara umum ada tiga kelompok yang memaknai Melayu secara berbeda. Kelompok pertama adalah suku bangsa non-Melayu di Nusantara. Mereka berpendapat bahwa Melayu adalah Islam. Kelompok kedua adalah kelompok Islam di luar Nusantara, seperti Arab, Persia, India, dan China. Mereka berpendapat bahwa Melayu berbeda dengan Islam. Di dalam Masyarakat Melayu ada adat lokal, dan Islam adalah agama yang ada dalam masyarakat Melayu. Kelompok ketiga adalah peneliti, khususnya antropolog, yang melihat Melayu melalui great tradition (tradisi besar) dan little tradition (tradisi kecil). Dua kategorisasi ini merupakan teori ilmu sosial yang pernah dikembangkan oleh Antropolog Robert Redfield.
Heddy menegaskan bahwa teori ini akan memudahkan kita dalam meneropong realitas Melayu, baik pada masa lalu maupun pada masa kini. Ia berkesimpulan bahwa budaya Melayu di kalangan bangsawan (priyayi) merupakan great tradition, sedangkan budaya Melayu di kalangan orang biasa (rakyat) adalah little tradition. Great tradition Melayu dikembangkan oleh kalangan bangsawan yang sangat sadar bahwa mereka adalah orang Melayu. Dari perspektif ini, Mahyudin menambahkan adanya pandangan internal pemilik kebudayan Melayu sendiri bahwa Melayu adalah identik dengan Islam. Hal ini sangat dipengaruhi oleh wacana yang dikembangkan oleh istana yang sangat berpegang teguh pada ajaran-ajaran Islam. Sebagai bentuk ekspresi kebudayaannya, mereka menggunakan aksara Melayu yang biasanya terekam dalam berbagai karya sastra. Aksara Melayu lebih dikenal sebagai huruf Jawi, yaitu huruf Arab Melayu. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh Arab-Islam yang sangat kuat terhadap budaya Melayu (great tradition).
Little tradition Melayu yang dikembangkan oleh rakyat baik di pesisir, semenanjung, ataupun di darat, biasanya lebih banyak berhubungan dengan hal-hal yang berbau magis atau gaib (magic), seperti sihir, klenik, permainan rakyat, seni pertunjukan rakyat, pengobatan, dan sebagainya.
Lebih lanjut, Heddy menjelaskan bahwa kajian budaya Melayu di Indonesia lebih banyak ke great tradition-nya karena memang lebih banyak dikaji oleh para bangsawannya, terutama di bidang kesusasteraan. Dalam realitasnya, budaya istana bersifat lebih “unggul” karena sering dibahas dalam berbagai literatur, baik klasik maupun kontemporer. Lantas, bagaimana dengan little tradition-nya? Heddy menyayangkan bahwa budaya yang satu ini masih luput dari perhatian banyak orang hingga kini. Padahal, banyak magis dalam budaya Melayu yang perlu dieksplorasi lebih jauh. Sekarang ini, yang banyak mengkaji budaya little tradition justru adalah sarjana-sarjana dari Barat, terutama sarjana sosial dari Inggris.
Narasumber sempat ditanya tentang bagaimana kaitan antara Islam dan Melayu? Dalam banyak rujukan sering diidentikkan antara Melayu dan Islam. Artinya, orang Melayu itu pasti menganut agama Islam. Apakah demikian? Heddy menjawab pertanyaan ini dengan cukup kritis. Terdapat sejumlah daerah dalam geo-budaya Melayu yang mayoritas penduduknya bukan pemeluk agama Islam. Meski tidak beragama Islam, mereka tetap (dan sangat merasa sebagai) orang Melayu karena budaya (culture) dan bahasa mereka memiliki banyak kesamaan dengan daerah-daerah lain yang masuk dalam cakupan Melayu. Secara umum, dalam diri orang Melayu memang terkandung dua hal penting, yaitu adat dan Islam. Namun, sebenarnya identitas orang Melayu itu bervariasi mencakup beragam suku dan agamanya. Jadi, Melayu bukan hanya monopoli pemeluk agama Islam saja.
Bagaimana sumbangan Islam terhadap budaya Melayu? Heddy mengemukakan bahwa sumbangan terbesar Islam adalah berupa keberaksaraannya (tulisan Arab Melayu/Jawi). Dengan media tulisan, orang Melayu dapat membangun wacananya, termasuk mengekspresikan dunia Melayunya sendiri. Sayangnya, Heddy tidak menyinggung bagaimana kontribusi Islam terhadap budaya Melayu lainnya, seperti tradisi keagamaan atau adat istiadatnya.
Selama satu setengah jam lebih diskusi dan tanya jawab dilangsungkan, tak terasa adzan maghrib telah berkumandang. Diskusi pun ditutup, yang dilanjutkan dengan acara buka puasa bersama. Setelah berbuka dengan minuman koktail sejenak, para hadirin kemudian melakukan shalat Maghrib berjamaah. Seusai shalat, acara kemudian dilanjutkan dengan santap makan bersama. Banyak hidangan lezat dan menarik yang dapat disantap oleh para hadirin yang telah sehari menahar lapar dan dahaga karena berpuasa. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan ramah tamah sambil melihat-melihat dan mengomentari isi serta tampilan MelOn dengan desain baru, yang makin hari makin menarik saja.
Banyak hal yang dapat dijadikan masukan sekaligus bahan refleksi bagi seluruh kru MelOn dari diskusi kemarin. Masukan dan refleksi tersebut tiada lain dimaksudkan untuk terus-menerus meningkatkan kualitas Melon menjadi portal Melayu terlengkap dan terbaik sedunia, seperti yang diamanatkan dalam keputusan Raker beberapa minggu lalu. Salah satu pekerjaan rumah (PR) yang perlu dilakukan oleh kru MelOn adalah bagaimana mengembangkan aspek-aspek yang tercakup dalam little tradition, seperti kajian tentang magis, klenik, dan sebagainya. Diharapkan MelOn menjadi portal Melayu sedunia yang mengembangkan great tradition dan little tradition secara seimbang dan bersamaan. Dengan demikian, diharapkan pula bahwa MelOn yang sarat dengan muatan keilmuannya ini dapat memberikan sumbangsih yang amat besar dalam membangun peradaban umat manusia yang humanis. (HS/brt/18/9-07). Dibaca : 4.794 kali.
Berikan komentar anda :