Kamis, 9 Oktober 2025 |Jum'ah, 16 Rab. Akhir 1447 H
Pengunjung Online : 654
Hari ini
:
10.923
Kemarin
:
15.176
Minggu kemarin
:
161.126
Bulan kemarin
:
7.952.612
Anda pengunjung ke 105.216.314 Sejak 01 Muharam 1428 ( 20 Januari 2007 )
AGENDA
Belum ada data - dalam proses
Artikel
15 januari 2010 06:45
Kebun Raya `Eka Karya` Bali, Konservasi dan Budaya dalam Harmoni
Oleh I Dewa Putu Darma
Pendahuluan
Kompetensi inti kebun raya dikembangkan sesuai dengan karakteristik ekologi masing-masing kebun raya, yaitu Kebun Raya Bogor untuk tumbuhan dataran rendah basah, Kebun Raya Cibodas untuk tumbuhan pegunungan khususnya Kawasan Barat Indonesia, Kebun Raya Purwodadi untuk tumbuhan dataran rendah kering khususnya Kawasan Timur Indonesia dan Kebun Raya”Eka Karya“ Bali untuk tumbuhan pegunungan khususnya Kawasan Timur Indonesia (Sari, dkk, 2005).
Masyarakat Bali mempunyai budaya yang unik dan beragam didasari konsep Trihita Karana. Konsep Tri Hita Karana adalah suatu konsepsi yang mengintegrasikan secara selaras tiga komponen penyebab kesejahteraan dan kebahagian hidup. Ketiga komponen tersebut yaitu: Hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungan. Suku Bangsa Bali merupakan salah satu suku dari berbagai suku yang berdiam di Indonesia. Suku ini merupakan suatu kelompok manusia yang terikat oleh kesadaran akan kesatuan kebudayaan. Baik kebudayaan daerah Bali maupun kebudayaan Nasional Indonesia. Rasa kesadaran akan kesatuan kebudayaan masyarakat Bali diperkuat oleh adanya kesatuan bahasa dan kesatuan agama Hindu. Bahasa Bali memiliki tradisi sastra, tulisan dan lisan, serta didukung oleh sistem aksara tersendiri (Purnomohadi, 1993).
Usaha dalam pendidikan konservasi masyarakat dibuat menjadi sadar akan kepentingan untuk melestarikan warisan tumbuhan lokal, bekerja secara aktif dalam pelestariannya, dan dibuat merasakan keuntungan-keuntungan konservasi sepanjang waktu. Bekerja secara lokal dan berpikir secara global (J.E Hernandez Bormejo dalam Mursidawati, S., dkk, 1998). Gerakan lingkungan hidup dunia juga mendapat dukungan yang sangat kuat dari para ahli filsafat dan agamawan. Mereka menghendaki tidak sekadar reformasi, melainkan juga diterapkannya filosofi ekologi baru yang menggunakan pendekatan ekologi, filosofi, dan spritual (Alikondran, 2004).
Selanjutnya Wittmann (1997) menyebutkan alasan-lasan perlindungan lingkungan antara lain: (1) Alasan perlindungan karena kepentingan manusia seperti perlindungan alam untuk kepentingan penggunaan alam jangka panjang, lingkungan sebagai media hiburan, perlindungan alam sebagai kewajiban solidaritas terhadap dunia ketiga, dan perlindungan alam karena tanggung jawab terhadap generasi yang akan datang; (2) Alasan-alasan dari perlindungan alam melalui peninjauan alam sebagai dirinya seperti hak pribadi alam dari sisi ekologi dan evolusi serta hak pribadi alam melalui penerapan tabu dan; (3) Alasan dari upaya yang bersifat ekologis dari sudut pandang ajaran agama.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi pada pengelolaan kebun raya yang berbasis pada budaya dan sebagai tempat pendidikan konservasi yang inovatif. Sudah seharusnya kearifan lokal perlu mendapat perhatian dalam pembangunan.
Kebun Raya “Eka Karya” Bali
Sejarah Kebun Raya “Eka Karya” Bali, pada awal tahun 1958 para pejabat yang berwenang di Bali telah menawarkan kepada Lembaga Pusat Penyelidikan Alam, Departemen Pertanian yang kini bernama Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi di dalam lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia(LIPI), untuk mempertimbangkan pendirian sebuah kebun botani di Bali. Berdasarkan penawaran tersebut, Direktur Lembaga Pusat Penyelidik Alam Prof. Ir. Kusnoto Setyodiwirjo disertai Kepala Kebun Raya Bogor, Kepala Penelitian Laut, Direktur Akademi Pertanian, dan beberapa mahasiswa Akademi Pertanian mengadakan peninjauan ke Bali.
Hasil peninjauan dengan beberapa pertimbangan dari sudut lokasi, potensi, dan tujuan adalah antara lain: (1) Sebagai tempat pengumpulan jenis-jenis tumbuhan Gymnospermae yang ada di seluruh dunia antara lain cemara pandak (Podokcarpusimbricatus); (2) Tempat pengumpulan jenis-jenis tumbuhan dari seluruh Bali dan Nusa Tenggara yang tumbuh di dataran tinggi yang beriklim basah ; (3) Tempat rekreasi dan kepentingan ilmu pengetahuan dan kebudayaan (Hendarti, 1997).
Keinginan tersebut terwujud dengan disetujuinya pemakaian 50 hektare lahan hutan reboisasi yang terletak di bagian timur Bukit Tapak. Kebun raya ini diresmikan pada tanggal 15 juli 1959 dan oleh I Made Taman diberi nama Kebun Raya”Eka Karya”. Sejalan dengan perkembangannya maka pada tanggal 30 April 1976 diresmikan perluasan Kebun Raya ”Eka Karya” menjadi 129,20 hektare oleh Ketua LIPI. Setelah dilakukan pengukuran ulang pada tahun 1993 luasnya 154,50 hektare, berupa kawasan hutan reboisasi Bukit Tapak pada ketinggian 1250 - 1450 m dpl, dengan status pengelolaan “pinjam pakai” dari Departemen Kehutanan (Anonim, 1999).
Kini, Kebun Raya “Eka Karya” Bali mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan inventarisasi, eksplorasi, koleksi, pemeliharaan, reintroduksi, pengembangan, pendataan, pendokumentasian, pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan di bidang konservasi dan introduksi tumbuhan dataran tinggi kering yang mempunyai nilai ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk kebun botani (SK Kepala LIPI No.1019/M/2002). Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya”Eka Karya” Bali–LIPI mempunyai fungsi sebagai berikut:
Melakukan inventarisasi berbagai jenis tumbuhan tropika yang berhabitat di dataran tinggi kering.
Membantu melaksanakan eksplorasi jenis-jenis tumbuhan tropika yang berhabitat di dataran tinggi kering.
Melakukan konservasi terhadap tumbuhan tropika yang berhabitat di dataran tinggi kering yang mempunyai nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi dalam rangka melestarikan sumberdaya nabati di bumi Indonesia.
Melakukan penelitian tumbuhan terutama dalam bidang biosistematik, propagasi, reintroduksi, ekologi, dan konservasi.
Melakukan jasa ilmiah di bidang arsitektur lansekap pertamanan, ragam tanaman hias(florikultura), introduksi daya guna flora yang berhabitat di dataran tinggi kering, dan pelayanan jasa untuk menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap alam lingkungan tropika.
Melakukan kerja sama di bidang kebun raya tingkat nasional dan internasional.
Melakukan evaluasi hasil inventarisasi flora yang berhabitat di dataran tinggi kering serta menyusun laporan.
Melakukan urusan tata usaha.
Mengacu tugas pokok dan fungsi serta visi dan misi Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI sebagai instansi vertikal, maka Kebun Raya “Eka Karya” Bali menetapkan visi dan misinya sebagai berikut:
Visi:
Menjadi kebun raya terbaik kelas dunia yang menjadi referensi nasional maupun internasional dalam bidang konservasi ex-situ tumbuhan pegunungan tropika dan pelayanan dalam aspek botani, pendidikan lingkungan, hortikultura, lansekap, dan pariwisata.
Misi:
Melestarikan, mendayagunakan, dan mengembangkan potensi tumbuhankhususnya yang berasal dari Kawasan Timur Indonesia, melalui kegiatankonservasi, penelitian, pendidikan, serta peningkatan apresiasi masyarakatterhadap kebun raya, tumbuhan, dan lingkungan dalam upaya pemanfaatan yangberkelanjutan untuk kesejahteraan masyarakat.
Tanaman Koleksi
Tanaman koleksi lengkap dengan datanya menjadikan tugas inti sebuah kebun raya. Penanaman dan penataan tanaman koleksi di Kebun Raya “Eka Karya” Bali pada dasarnya dikelompokkan menjadi 2 yaitu koleksi umum dan koleksi tematik.
Koleksi umum adalah tanaman koleksi yang ditanam di petak-petak atas dasar kekerabatan (pengelompokan suku). Koleksi tematik adalah tanaman koleksi yang ditanam secara khusus dengan tema tertentu dikelompokan atas dasar manfaat, habitat, dan kekerabatan. Koleksi tematik di Kebun Raya “Eka karya” Bali yaitu Taman Aquatik,Taman Kaktus dan sukulen, Taman Anggrek,Taman Cyathea, Taman Begonia, Taman Usada, dan Taman Panca Yadnya. Koleksi tematik tersebut yang yang berbasis pada budaya yaitu:
Koleksi Tanaman obat
Koleksi tanaman obat di bernama Taman Usada yang diambil dari bahasa Sanskerta yang berarti pengobatan. Taman usada berarti taman pengobatan, digunakan untuk mengkonservasi tumbuhan obat yang tercantum dalam lontar usada, seluas 2 hektare. dengan jumlah koleksi 231 jenis (Registrasi, November 2007).
Koleksi Tanaman yang Digunakan dalam Upacara Agama Hindu di Bali
Koleksi ini diberi nama Taman Panca Yadnya yang berfungsi sebagai tempat mengoleksi jenis-jenis tumbuhan yang digunakan dalam Upacara Yadnya (PancaYadnya). Pendirian taman ini didasari atas kebutuhan tanaman sebagai sarana UpacaraYadnya semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Jenis tumbuhan yang digunakan dalam upacara sebanyak 333 jenis (Dharmawan, 2002). Mustaid (2003) mencatat ada 462 jenis dan baru terkoleksi sebanyak 161 jenis(Registrasi, November 2007). Dari 462 jenis tersebut, sebanyak 65 jenis (14,1%) sudah termasuk langka atau dilindungi.
Taman Panca Yadnya ditata berdasarkan atas konsep tata ruang Tri Madala yaitu utama mandala, madia mandala, dan nista mandala. Pada utama mandala dibuat bangunan berbentuk bajra/genta tempat dokumen kearifan lokal danupacara yang sarat dengan pendidikan konservasi, pada madia mandala akan dibuatbangunan berbentuk pelataran sebagai tempat atraksi seni dan budaya sedangkanpada bagian nista mandala di gunakan untuk mengkonservasi tumbuhan yangdigunakan dalam upacara agama Hindu di Bali.
Sarana Fisik
Kebun Raya “Eka Karya” Bali dalam upaya pengembangan sarana fisik yang berbasis pada budaya. Yang sarat dengan pendidikan konservasi antara lain gerbang utama masuk Kebun Raya”Eka Karya” Bali dibuat dalam bentuk candi bentar yang biasa terdapat pada bangunan pura atau rumah penting di Bali. Secara harfiah candi bentar adalah candi yang terbelah. Pada bagian belahannya tersebut digunakan lorong untuk pintu masuk. Ukiran yang terdapat pada candi bentar memperliahatkan flora dan fauna yang didasari atas konsep Tri loka (Bur, Buah dan Swah) yaitu (1) Pada bagian dasar candi bentar dibuat ukiran yang bermotif lumut; (2) Pada bagian pertengahan candi bentar dibuat ukiran bermotif tumbuhan tinggi dan binatang seperti gajah, singa, dan kera; (3) Pada bagian atas candi bentar dibuat ukiran yang bermotif tumbuhan epifit (simbar) dan burung.
Parkir utama Kebun Raya” Eka Karya” Bali dibuat dua gerbang yang berlandasan konsep lingga dan yoni (lanang dan wadon). Gerbang masuk parkir utama disebut candi wadon (perempuan) dan keluar candi lanang (laki-laki). Gerbang juga dibuat pada tanaman koleksi tematik seperti Taman Cyathea (koleksi tanaman paku) , Taman Usada, dan Taman Anggrek.
Tembok di depan parkir utama dibuat dengan ukiran atau releap yang bertema carita Ni Diah Tanri. Tantri Carita termasuk dalam kelompok cerita PancaTantra yang berasal dari India, tersebar bukan saja di Indonesia juga di negaranegara lain seperti di India Belakang. Di Bali cerita ini sudah merakyat karena sifatnya yang didaktis penuh berisi pendidikan moral dengan gaya cerita berbingkai (Warna, dkk. 1986)
Museum etnobotani Kebun Raya” Eka Karya”Bali dibagun dalam bentuk rumah adat Bali, dengan pembagian ruang berlandasan pada konsep Tri mandala (utamamandala, madia mandala, dan nista mandala). Pada Utama Mandala ditanami jenis tanaman bunga yang berhubungan dengan upacara adat, MadiaMandala (natah) ditanami dengan jenis tanaman yang berhubungan obat, bumbu dan upacara. Sedangkan pada Nista Mandala (tebe) ditanam jenis tanaman yang berbentuk pohon besar yang dapat menunjang kegiatan sehari-hari. Penataan bangunan pada Utama Mandala dibangun tempat suci berupa Padmasana. Pada Madia Mandala di bangun berupa rumah yaitu Balai Dangin, Balai Daje, Balai Dauh, Balai Tengah,Puwaregan, Jineng, Balai Aling-aling, dan Balai begong. Sedang pada Nista Mandala dibangun Beji dan WC. Jenis barang-barang etnobotani yang dikoleksi antara lain: alat pertanian (anggapan, bajak, lampit, dll), penangkap ikan (bubu, seser, dll), alat dapur (sindok, sepit, cedok, dll), perlengkapan upacara adat (tamas, pancak, dulang dll), dan alat kesenian (suling, gerantang, dll) (Hendarti, 1997).
Boulevard Ramayana adalah jalan dari pintu gerbang utama menuju kantor dibuat dua jalur dijadikan sebuah boulevard ditata sebagai taman bunga dengan elemen keras patung yang menceritakan kisah Ramayana yaitu: (1) Rama dan Sinta, (2) Rama mengejar kijang mas, (3) Sinta diculik Rahwana, (4) Jatayu melawan Rahwana, (5) Jatayu sayapnya patah, (6) Anoman duta, (7) Kumbakarna laga, (8) Rahwana gugur, dan (9) Sita alabuh geni.
Epos Ramayana sangat melekat dalam kehidupan masyarakat Bali. Orang Bali menyebutnya Rama adalah lambang Bapak/Akasa/Atmosfir. Sedangkan Sinta adalah Ibu Pertiwi atau Bumi. Rama dan Sinta merupakan perlambang keharmonisan bumi dengan atmosfir. Di samping itu, Rama dipercayai sebagai awatara Wisnu sebagai penyelamat bumi. Banyak lagi filosofis di dalamnya yang dapat diteladani dalam kehidupan.
Selain 9 patung tersebut di atas, di depan pakir utama dibuat patung Tri Murti. Patung ini melambangkan keesaan Tuhan atas fungsinya. Masyarakat meyakiniTuhan hanya satu yaitu Ida Sanghyang Widi. Dalam menjalan fungsi-Nya dikenal istilah Tri Murti yaitu,Brahma sebagai pencipta, Wisnu sebagai pemelihara, dan Siwa sebagai pelebur.Brama sebagai Dewa pencipta memiliki Dewi Saraswati sebagai dewi ilmu pengetahuan,Wisnu sebagai Dewa pemelihara memiliki Dewi Laksmi sebagai dewikeindahan/kelebutan dan Dewi Sri sebagai dewi kemakmuran. Sedangkan Siwamemiliki Dewi Durga sebagai dewi pelebur
Kesimpulan
Budaya dapat memberikan kerakter dari masing-masing daerah. Budaya juga merupakan komponen yang strategis sebagai landasan pembangunan. Dengan mengangkat nilai budaya dalam pembangunan adalah salah satu bentuk penghormatan kepada masyarakat lokal. Hal ini merupakan sebuah spirit dan dapat memberikan karakter yang berbeda pada masing-masing kebun raya di daerah. Selain itu, perlu digali budaya atau kearifan lokal yang sarat dengan pendidikan konservasi.
Daftar Pustaka:
Alikondra, Hade, S. 2004. Agenda Lingkungan, Kepeloporan Legislatif, Tropika, Hidup Harmonis dengan Alam Indonesia, h. 12
Anonim. 1999. Rencana Induk Pengembangan Kebun Raya ”Eka Karya’ Bali. Jakarta: LIPI.
Dharmawan, N.S. 2002. Taman Gumi Banten. Denpasar: Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) - Universitas Udayana.
Hendarti L. dan E. Nugraha. 1997. Manual untuk fasilitator, Program Repling di Kebun Raya Bali. Bogor: RMI, The Indonesia Inssitute Forest & Environment.
Mustaid, S.K.E. Undarta, dkk. 2003. “Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu di Kebun Raya Eka Karya Bali”. Prosiding Seminar Konservasi Tumbuhan Upacara Agama Hindu. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali–LIPI, Universitas Udayana dan Mahasarawati Denpasar Bali.
Purnomohadi, N. 1993. Technical Excursion, The 5 Th I FLA, Bali Indonesia.
Sari, R. Sutrisno, Hendrian, D.M. Puspitaningtyas, Darwandi, R.S. Hidayat, Yuzammi, dan Suendar. 2005. Menanam Masa Depan. PKT- Kebun Raya Bogor – LIPI.
Sofy Mursidawati, dkk. 1998. Strategi Konservasi Kebun Raya. Bogor: LIPI.
Warna, W.I.B.G. Murdha, I.B. Maka, I.B. Sunu, dan M. Lodmanata. 1986. Tantri Carita (Nandhaka Harana). Teks dan Terjemahan dalam Bahasa Bali. Denpasar: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
Wittmann, H. 1997. Materi Pendidikan Lingkungan Hidup. Hanns- Seidel – Foundotian.
__________
I Dewa Putu Darma,UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” LIPI Tabanan Bali.