Kamis, 25 September 2025   |   Jum'ah, 2 Rab. Akhir 1447 H
Pengunjung Online : 547
Hari ini : 9.313
Kemarin : 23.261
Minggu kemarin : 69.233
Bulan kemarin : 10.518.945
Anda pengunjung ke 105.216.314
Sejak 01 Muharam 1428
( 20 Januari 2007 )
IMAGE GALLERY
AGENDA
  • Belum ada data - dalam proses

 

Ensiklopedi Melayu

Raja Ali Haji

Raja Ali Haji adalah seorang tokoh dan sekaligus pahlawan Melayu yang sangat termasyhur di wilayah Nusantara. Dia dianggap sebagai intelektual, ulama, dan juga pujangga terbesar Melayu (Nusantara) pada masanya. Selain itu, RAH juga dianggap peletak dasar pertama tata bahasa Melayu melalui Kitab Pengetahuan Bahasa (1885/1886 M), yakni buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dikemudian hari ditetapkan oleh Konggres Pemuda Indonesia sebagai bahasa nasional (Bahasa Indonesia) pada tanggal 28 Oktober 1928. Karena jasanya yang begitu besar, maka pada tanggal 10 November 2004, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan gelar Pahlawanan Nasional kepada RAH, pada saat peringatan Hari Pahlawan 10 November di Istana Negara, Jakarta.

Nama lengkap Raja Ali Haji adalah Raja Ali al-Hajj ibni Raja Ahmad al-Hajj ibni Raja Haji Fisabilillah bin Opu Daeng Celak alias Engku Haji Ali ibni Engku Haji Ahmad Riau. Ia dilahirkan pada tahun 1808 M/1193 H di pusat Kesultanan Riau-Lingga di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau dan meninggal pada tahun 1873 M di pulau itu juga. Seperti tercatat dalam sejarah, Raja Ali Haji (RAH) adalah cucu dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan IV dari Kesultanan Riau-Lingga dan juga merupakan bangsawan Bugis dari garis keturunan nenek, Opu Daeng Celak, yang telah bermigrasi ke Riau dan memperoleh gelar Yang Dipertuan Agung (pembantu sultan dalam urusan pemerintahan). Riwayat tentang garis keturunan Bugis RAH sangat terkait dengan Raja Bugis yang pertama kali memeluk agama Islam, La Madusilat.

Ayah RAH bernama Raja Ahmad dengan gelar Engku Haji Tua. Ia dikenal sebagai intelektual muslim yang produktif menulis karya-karya besar seperti, Syair Perjalanan Engku Putri ke Lingga (1835 M) dan Syair Perang Johor (1843 M). Sedangkan ibunya bernama Encik Hamidah binti Panglima Malik Selangor atau Putri Raja Selangor yang meninggal pada tanggal 5 Agustus 1844 M.

Sejak kecil, RAH telah mendapatkan pendidikan yang cukup dari ayahnya (Raja Ahmad), selain tambahan pelajaran informal dari suasana lingkungan Istana Kerajaan Riau-Lingga. Dalam iklim kehidupan istana ini, RAH banyak mendapatkan pelajaran berharga dari tokoh-tokoh terkemuka yang sering berkunjung. Saat itu, sebagai pusat kebudayaan Melayu yang giat mengembangkan bidang agama, bahasa, dan sastra, kerajaan ini memang banyak didatangi oleh para tokoh maupun ulama terkemuka, baik untuk keperluan mengajar maupun belajar. Di antara para ulama ini adalah Habib Syeikh as-Saqaf, Syeikh Ahmad Jabarti, Syeikh Ismail bin Abdullah al-Minangkabawi, Syeikh Abdul Ghafur bin Abbas al-Manduri, dan masih banyak lagi. Di luar kerajaan, RAH juga sempat mengenyam pendidikan di Batavia, Mekkah, dan Kairo. 

Pulau Penyengat sebagai tempat kelahiran RAH memiliki arti khusus dalam pembentukan kepribadiannya. Di pulau inilah ia mendedikasikan pengetahuan kepada suluruh masyarakat Riau, dan kemudian menyebar ke seluruh wilayah Nusantara. Konon, sebelum dijadikan pusat kerajaan, Penyengat dikenal sebagai pulau yang sering dikunjungi oleh para nelayan atau pelaut yang ingin mencari air bersih. Pada suatu waktu, saat mengambil air, seorang di antara mereka dikejar-kejar oleh sejenis hewan yang punya alat sengat. Sejak saat itulah pulau ini oleh masyarakat sekitar disebut sebagai Pulau Penyengat. Selain itu, Penyengat juga dikenal sebagai pulau mas kawin. Menurut legenda masyarakat Melayu, pulau ini dihadiahkan Sultan Mahmud Marhum Besar, Sultan Riau-Lingga periode 1761—1812 M, kepada Engku Putri Raja Hamidah, sebagai mas kawin untuk meminangnya.

Raja Ali Haji selama masa hidupnya banyak mengahasilkan karya-karya besar di bidang sejarah, sastra, agama, dan politik. Namun oleh masyarakat, ia lebih dikenal sebagai seorang pujangga besar Nusantara yang telah melahirkan karya monumental “Gurindam Dua Belasditerbitkan dalam bahasa Belanda Tijdschrift van het Bataviaasch Genootschap II (oleh E. Netscher) pada tahun 1854 M. Aktivitas politiknya yang padat, yakni sebagai Penasehat Keagamaan Sultan Ali bin Ja`far (Yang dipertuan Muda Riau VIII), serta lawatannya ke berbagai wilayah di Nusantara tak menyurutkan RAH untuk terus berkarya. Dari buah tangannya tak kurang ada puluhan karya, di antaranya Bustanul Katibin (dicetak di Betawi pada tahun 1850 M), Tuhfat al-Nafis (diselesaikan tahun 1866 M), Mukkadimah fi Intizam, Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk. Karya-karya ini banyak dibicarakan oleh para pengkaji bahasa, sastra, dan sejarah di Nusantara dan juga di luar negeri.

Raja Ali Haji dimakamkan di Pulau Penyengat, yakni pulau tempat ia lahir dan mengabdikan hidupnya. Jenazahnya dimakamkan di antara makam para raja/sultan Kesulatanan Riau-Lingga yang bersanding-sisi dengan makam Raja Ali Haji, seperti Makam permaisuri-permaisuri Kesultanan Riau-Lingga, Raja Ahamad Syah, Raja Abdullah Yang Dipertuan Muda Riau-Lingga IX, dan Raja Ali Haji sendiri. Makam Engku Putri Raja Hamidah yang secara simbolis merupakan pemilik mas kawin Pulau Penyengat dari Sultan Mahmud Marhum Besar, juga terdapat di dalam kompleks ini (ruang utama). Dimakamkannya Raja Ali Haji bersama para Sultan Kerajaan Riau-Lingga adalah sebuah bukti dan simbol penghormatan bahwa jasa-jasanya begitu besar. Salah satu bukti jasa dan kebesaran Raja Ali Haji dapat saksikan pada atribut yang menghiasi kompleks makamnya. Meski secara resmi dikenal sebagai kompleks makam Engku Putri Raja Hamidah, pengelola makam sengaja menonjolkan atribut formal untuk penghormatan terhadap Raja Ali Haj, diantaranya dua baliho yang merujuk pada kebesaran sang pujangga: “Raja Ali Haji Pahlawan Nasional Bidang Bahasa Indonesia” dan sebuah lagi, “Raja Ali Haji Bapak Bahasa Melayu-Indonesia, Budayawan di Gerbang Abad XX”.

(Irfan Afifi/Ensi/03/01-2009)

Daftar Pustaka

Kredit foto: http://www.rajaalihaji.com