Prasasti Pagarruyung II
Prasasti Pagaruyung II berasal dari bukit Gombak, kemudian dibawa ke Pagaruyung, Sumatera Barat. Terdiri atas 10 baris tulisan. Pada akhir tulisan menyebut nama Adityawarman.
Prasasti Pagaruyung II merupakan sebuah tulisan yang digoreskan pada batu pasir kwarsa warna coklat kekuningan. Batu ini artifisial berbentuk persegi dengan lengkung setengah lingkaran pada bagian atas. Ukuran batu tersebut panjang (tinggi) 2,5 m, lebar 1,16m, dan tebal 18 cm. Sekarang ini kondisi batu tersebut pecah menjadi 2 (dua) bagian, yaitu bagian atas atau batu I dengan hiasan kala stiliran pada sisi tengah atas tulisan. Bagian ini merupakan awal prasasti, tetapi sayang bahwa pada huruf awal atau bagian pembua (sisi kiri) telah aus. Sedangkan batu II merupakan pecahan dari batu I, tetapi tidak dapat secara langsung disambung.
Prasasti pagaruyung II (PR II) mempunyai huruf Jawa Kuna dan bahasa Sanskrta. Transkripsi yang dibuat masih bersifat sementara, karena belum diolah dan dibandingkan dengan prasasti lainnya.
Traskripsi sementara Prasasti Pagaruyung II:
- (su)bhamastu //O// yojata _ _ _ _ (jumlah garis menunjukan huruf yang tidak terbaca)
- nrpati-wi maharaja..wira dyang –
- dra- griyyam gunam matanatawaranijam
- kabi mr-yasthitesmrin_taparah
- nyam skala ri pahaga _ _ _ _ saka
- ..(jumlah huruf tidak diketahui secara pasti)
- saga. Swasti raradarajnya (?)//o// saka
- –yakse dwara_ _ _
- ~~~~~~~~~~~(batu pecah)
- ……..dwanasa (dwanasa?) (bagian atas hilang, sehingga kemungkinan dapat dibaca dengan variasi lain)
- sanya caturtha grastha sagagan
- - - itah matrya girmmuditammupeksa
- twah taddhama padam/Swasti Srimat Adityyawarmman
- na ri sadaganyjanam//
- …bahagialah raja //o// (Pada tahun) Saka …
- (Candra sengkala) yakse (raksasa) Dwara (gapura)
- ~~~~~~~~~~~(batu pecah)
- tanggal 20 (?)
- (dalam suasana) sunyi pada hari ke-14, keluarga (catur asrama?) serumpun?
- ….ramah, riang gembira dan gagah berani
- …/Bahagialah Raja Adityawarman
- oleh karena sadaganyjanam
Ada beberapa kata yang cukup menarik di dalam prasasti di atas, misalnya pada baris ke-7 dijumpai kata saka yang mengindikasikan pertanggalan yang juga tidak lengkap. Hal ini diperparah dengan tidak lengkapnya pembacaan kata sebelum swasti dan sesudah swasti. Kata swasti biasanya dipakai sebagai kata keterangan yang berhubungan dengan suatu peristiwa penting yang diperingati dalam prasasti maupun sebagai indikasi pertanggalan. Namun demikian masalah pertanggalan dapat diketahui berdasarkan perkiraan atas pembacaan tulisan pada baris ke-8. Pada baris tersebut terbaca kata yakse dan dwara, suatu kata yang lazim dalam pertanggalan dengan menggunakan candra sengkala. Yakse berarti raksasa, bernilai 5, sedangkan dwara berarti gapura mempunyai nilai 9, dibaca dari belakang berarti 95. Dengan memastikan bahwa prasasti tersebut sejaman dengan prasasti-prasasti Adityawarman yang berangka tahun, maka prasasti Pagaruyung II di atas mempunyai angka tahun 1295 Saka atau 1373 M. Lebih lanjut angka tahun ini dilengkapi dengan hitungan tanggal, yaitu tanggal 20 hari ke-4 (Wrhaspati=Kamis?) dalam suasana yang sunyi. (MAM/sej/02/12-07)
Kredit foto : Koleksi Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu
Dibaca : 9.751 kali.
Berikan komentar anda :