Close
 
Selasa, 23 September 2025   |   Arbia', 30 Rab. Awal 1447 H
Pengunjung Online : 201
Hari ini : 5.284
Kemarin : 14.985
Minggu kemarin : 69.233
Bulan kemarin : 10.518.945
Anda pengunjung ke 105.216.314
Sejak 01 Muharam 1428
( 20 Januari 2007 )
AGENDA
  • Belum ada data - dalam proses

 

Berita

21 oktober 2016 02:11

Lokalitas dalam Kesusastraan Penting untuk Identitas

Jambi - Lokalitas dalam kesusastraan dirasa sangat penting membentuk dan memperlihatkan identitas Jambi. Namun, hal ini sedikit sekali disadari.

“Sedikit sekali yang fokus ke lokalitas,” kata Syaiful Bahri Lubis, Kepala Kantor Bahasa Jambi, Rabu (19/10).

Menurutnya kalau pun ada di Jambi, tidak konsisten. “Maunya kita bersama membangun identitas kesastraan yang bahan bakunya dari Jambi. Berangkat dari yang kita punya,” sebut Syaiful Bahri Lubis.

Selain itu menuruntya penyair di Jambi masih belum konsisten membicarakan satu persoalan. Salah satu yang konsisten, kata Syaiful, adalah Ghazali Burhan yang eksis pada 1970, yang menurutnya begitu dinamis mengekplorasi ideologis Melayu Tua, lokalitas Kerinci, terkait tradisi dan adat.

Tingginya pengaruh globalisasi menurut Syaiful mendorong penyair, pengamat, bahkan kritikus untuk memasuki wilayah Barat. “Kesannya, penyair menjadi multi talenta. Karena beberapa aliran seperti feminisme, postmodernisme, dan lainnya begitu kental dalam setiap karya sastra yang dilahirkan,” katanya.

Hal ini disampaikan Syaiful di Kantor Bahasa Jambi saat menggelar Dialog Kesastraan, di Aula Kantor Bahasa Jambi. Dialog ini mengangkat tema Dokumentasi Bahasa dan Sastra yang dihadiri akademisi, penggiat, penikmat, pengamat dan komunitas sastra kampus Universitas Jambi, Universitas Batanghari, dan IAIN Sultan Thaha Jambi.

Dialog Kesastraan ini rutin digelar sebanyak lima kali dalam setahun. Pertama dilaksanakan pada September lalu, kemudian Oktober dan sisanya akan dipadatkan di bulan November dan Desember. Kegiatan kali kedua ini, menghadirkan dua pemateri yakni Dr Des Anik Mayani dan Dr Joni Endardi.

Dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Jambi, Murfi Syaputra menuturkan Dialog Kesastraan ini mempertemukan berbagai komponen sastra. Sehingga makalah yang disampaikan lebih hidup.

“Kita bisa memberikan sumbangan pemikiran, untuk mengkritisi kondisi sastra terkini. Lalu ada kesimpulan secara bersama, yang memberikan pengetahuan, bagi peserta dialog yang hadir,” tutupnya.

Sumber: http://jambi.tribunnews.com


Dibaca : 1.032 kali.

Tuliskan komentar Anda !