Kesusastraan Melayu Tradisional
        Yang dimaksud dengan  Sastra Melayu Klasik adalah sastra yang hidup dan berkembang di daerah Melayu  pada masa sebelum dan sesudah Islam hingga mendekati tahun 1920-an di masa  Balai Pustaka. Masa sesudah Islam merupakan zaman dimana sastra Melayu  berkembang begitu pesat karena pada masa itu banyak tokoh Islam yang  mengembangkan sastra Melayu.
    Kesusastraan Melayu  sebelum Islam tidak ada nuansa Islam sama sekali dan bentuknya adalah sastra  lisan. Isi dan bentuk sastranya lebih banyak bernuansa animisme, dinamisme, dan  Hindu-Budha, dan semua hasil karya tersebut dituangkan dalam bentuk prosa dan  puisi. Untuk puisi, tampak tertuang ke dalam wujud pantun, peribahasa,  teka-teki, talibun, dan mantra. Bentuk yang terakhir ini (mantra),  sering dikenal dengan jampi serapah, sembur,  dan seru. Sedangkan bentuk prosa, tampak tertuang dalam wujud cerita rakyat  yang berisi cerita-cerita sederhana dan berwujud memorat (legenda alam gaib  yang merupakan pengetahuan pribadi seseorang), fantasi yang berhubungan dengan  makhluk-makhluk halus, hantu dan jembalang.
    Perkembangan  kesusastraan Melayu sesudah kedatangan Islam ditandai dengan penggunaan Huruf  Arab yang kemudian disebut Tulisan Jawi atau Huruf Jawi, yang dalam  perkembangannya  dikenal dengan istilah  Arab Melayu. Hal ini dikarenakan masyarakat Melayu merasa bahwa tulisan  tersebut telah menjadi milik dan identitasnya. Huruf Jawi ini diperkenalkan  oleh para pendakwah Islam untuk membaca al-Qur‘an dan menelaah berbagai jenis  kitab dari berbagai disiplin ilmu. Perkembangan penulisan ini sangat pesat  karena Islam memperbolehkan semua orang untuk menulis dalam berbagai bidang.
                - Sastra Lisan. (2)
 - Sastra Tulisan. (2)
 
Dibaca : 124.946 kali.
 Berikan komentar anda :