23 februari 2010 00:07
Arab Melayu
                                                          | Judul Buku 
 | : 
 | Mengenal Tulisan Arab Melayu 
 | 
  | Penulis 
 | : 
 | M. Irfan Shofwani 
 | 
| Penerbit | : 
 | BKPBM dan Adicita,  Yogyakarta | 
| Cetakan 
 | : 
 | Pertama, 2005 | 
| Tebal 
 | : 
 | ix + 59 halaman | 
| Ukuran 
 | : 
 | 14,2 x 20 cm 
 | 
 
      Masih ingatkah  Anda dengan huruf Arab pegon? Bagi mereka yang pernah nyantri di pondok-pondok pesantren salaf mungkin sangat mengenal  huruf Arab yang satu ini. Meskipun wujudnya memakai aksara Arab, pembacaannya  menggunakan tata bahasa Indonesia karena sejatinya huruf Arab pegon memang berasal  dari bahasa Melayu yang penulisannya menggunakan aksara Arab. 
    Membedakan  huruf Arab pegon dengan huruf Arab asli sangat mudah. Penulisan Arab pegon  menggunakan semua aksara Arab Hijaiyah, dilengkapi dengan konsonan abjad  Indonesia yang ditulis dengan aksara Arab yang telah dimodifikasi. Modifikasi  huruf Arab ini dikenal sebagai huruf jati  Arab Melayu, berwujud aksara Arab serapan yang tak lazim. Misalnya, untuk  konsonan ‘ng‘, Arab pegon menggunakan huruf ‘ain  dengan tiga titik di atasnya. Sedangkan untuk konsonan ‘p‘, diambil dari huruf fa‘ dengan tiga titik di atasnya dan  sebagainya. Selain itu, huruf Arab pegon meniadakan syakal (tanda baca) layaknya huruf Arab gundul. 
    Sejarah  penulisan Arab pegon di Nusantara diperkirakan ada sejak tahun 1200 M / 1300 M  seiring dengan masuknya agama Islam menggantikan kepercayaan Animisme, Hindu,  dan Budha. Di kalangan orang Malaysia, huruf Arab Pegon ini dikenal dengan  sebutan tulisan jawi, sementara orang  Jawa sendiri justru menyebutnya sebagai huruf Arab pegon. Banyak orang Jawa mengira bahwa huruf Arab pegon itu hanya  milik orang Jawa saja karena penggunaannya sudah mentradisi di  pesantren-pesantren salaf di Jawa. Bahkan, hingga kini komunitas santri di  pesantren-pesantren salaf masih menggunakan huruf Arab pegon ini dalam memahami  teks-teks Arab dan kitab kuning yang penerjemahannya memakai huruf Arab pegon.
    Di kalangan  yang lebih luas, huruf Arab pegon dikenal dengan istilah huruf Arab Melayu karena ternyata huruf Arab  berbahasa Indonesia ini telah digunakan secara luas di kawasan Melayu mulai  dari Terengganu (Malaysia), Aceh, Riau, Sumatera, Jawa (Indonesia), Brunei, hingga  Thailand bagian selatan (hlm. 9). Tak heran, jika kita membeli produk-produk  makanan di kawasan dunia Melayu (Malaysia, Thailand Selatan, Brunei, dan  beberapa wilayah di Indonesia) dapat dipastikan terdapat tulisan Arab pegon dalam  kemasannya. 
    Sayangnya,  huruf Arab pegon kini tak lagi dikenal oleh masyarakat luas. Padahal, menurut  sejarahnya, huruf Arab pegon telah digunakan secara luas oleh para penyiar agama  Islam, ulama, penyair, sastrawan, pedagang, hingga politikus di kawasan dunia  Melayu. Pergeseran penggunaan huruf Arab pegon menjadi huruf Rumawi dimulai  saat Kemal Attaturk yang dikenal dengan sebutan Bapak Turki Modern  menggulingkan kekuasaan Khalifah Utsmaniyah terakhir, Sultan Hamid II pada  tahun 1924. Kongres bahasa yang diadakan di Singapura pada 1950-an memperkuat  kedudukan huruf Rumawi. Salah satu keputusan dalam kongres tersebut  menghasilkan pembentukan Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia yang mempelopori dan  mengompori penggunaan abjad Rumawi.  Saat itulah hampir semua penerbit koran, majalah, dan buku dengan terpaksa  mengganti aksara Arab pegon dengan huruf Rumawi (hlm. 12).
    Buku ini  sengaja dihadirkan guna memperkenalkan kembali huruf Arab pegon yang mulai  asing di hadapan masyarakat umum. Untuk itulah, penulis buku ini mengemas  tulisannya dengan sistematika yang apik dan mudah dimengerti, sehingga layak  disebut sebagai buku ajar Arab pegon. Tata cara pelafalan, mulai dari vokal,  konsonan, hingga diftong Arab pegon diulas dengan cermat. Tak hanya itu, buku  ini juga memberi ulasan tata cara baca yang praktis, dilengkapi dengan latihan  soal. Di bagian akhir buku ini disertakan pula contoh naskah kuno ”Hikayat Hang  Tuah” yang bertarikh 1882 terbitan Melaka, Malaysia, dan juga syair lawas ”Gurindam  Duabelas” karya Raja Ali Haji dari Pulau Penyengat, Riau tahun 1847, serta  naskah kuno lainnya yang diabadikan dalam tulisan Arab pegon (hlm. 43-54).
    Lebih dari itu, buku ini  memberi wawasan yang sangat bermanfaat bagi khalayak umum dalam memahami fakta  sejarah tentang huruf Arab pegon di kawasan dunia Melayu. Selamat membaca!
Oleh : Nanum  Sofia (Mahasiswi S2 Psikologi UGM)
                                            Dibaca : 28.374 kali.